Written by 4:16 pm NEWS, PC GAMES, REVIEW, Uncategorized

The Midnight Walkers, Zombie Extraction Satu Gedung

The Midnight Walkers, Zombie Extraction Satu Gedung Penuh Paranoia

The Midnight Walkers itu tipe game yang kalau dijelasin ke teman bakal bikin mereka jawab, “anjir, serem tapi seru juga sih.” Bayangin format extraction ala Tarkov, tensi horor ala Dying Light, tapi semua kekacauan itu dikurung di satu gedung super besar yang pelan-pelan dicekik gas beracun dan gerombolan zombie. Inilah zombie extraction The Midnight Walkers: masuk ke Liberty Grand dengan harapan kaya mendadak lewat loot, keluar dengan tangan kosong atau malah nggak keluar sama sekali.

Lahirnya The Midnight Walkers: Dari Gedung Mewah Jadi Ruang Eksperimen Zombie Extraction

The Midnight Walkers datang dari Oneway Ticket Studio, developer yang lagi coba nembus pasar FPS hardcore lewat sesuatu yang terasa familiar tapi tetap punya identitas sendiri. Alih-alih ikut-ikutan bikin open world luas atau sekadar co-op wave shooter, mereka memilih satu ide kunci: gimana kalau “medan perang” dipersempit jadi satu mega-kompleks yang super padat, berlapis-lapis, dan penuh ancaman di tiap lantai. Dari situ lahir Liberty Grand Center, sebuah gedung raksasa yang dulunya simbol kemewahan kota, sekarang resmi jadi taman bermain buat zombie dan orang-orang yang nekat.

Konsep The Midnight Walkers lumayan gampang dicerna tapi susah dijalani: FPS zombie extraction PvPvE di mana kamu bisa turun sendirian atau satu tim kecil ke dalam Liberty Grand, cari loot, lawan undead dan pemain lain, lalu kabur lewat titik ekstraksi. Di atas kertas mungkin kedengeran “Tarkov tapi indoor”, tapi struktur gedung bertingkat, zona bertema (mall, rumah sakit, casino, dan lain-lain), plus mechanic gas beracun bikin semua terasa lebih sempit, intens, dan nggak kasih banyak ruang buat salah langkah.

Liberty Grand sendiri sebenarnya sudah jadi “karakter” di game ini. Lantai mall dengan neon signage mati dan etalase hancur, lorong rumah sakit yang terlalu sepi, sampai casino remang-remang dengan mesin slot nggak lagi nyala — semua digambar buat bikin kamu ngerasa kalau tempat ini pernah hidup, sebelum berubah total jadi kandang eksperimen berjalan. Developer sengaja nge-pack ruangan-ruangan sempit, tangga darurat, dan balkon-balkon tinggi buat menciptakan momen di mana kamu ngerasa diawasi, padahal yang kamu dengar cuma suara kaleng kejedot dan nafas karakter sendiri.

Di sisi cerita, game ini nggak terlalu banyak pamer lore panjang, tapi benang merahnya cukup jelas: outbreak mengubah Liberty Grand jadi zona karantina nggak resmi, pemerintah dan korporasi punya agenda gelap, dan orang-orang yang masuk ke dalam gedung ini sekarang disebut “walkers” — bukan karena mereka zombie, tapi karena mereka rela berjalan ke neraka demi kemungkinan dapat sesuatu yang berharga. Detail soal fraksi dan latar makin diperdalam lewat materi promosi dan artikel resmi yang secara halus nunjukin kalau ada lebih banyak pihak bermain di belakang layar, bukan cuma penyintas putus asa.

Momentum The Midnight Walkers mulai terasa waktu game ini ikut Steam Next Fest dan buka playtest buat publik. Beberapa kreator konten FPS dan extraction langsung nyoba, dan muncul narasi menarik: “ini kayak Dying Light kalau direm jadi satu gedung dan dikasih aturan Tarkov.” Banyak yang cerita soal run pertama mereka yang berakhir konyol: mati kejebak gas karena kelamaan ngeloot, disergap tim lain di tangga darurat, atau dikeroyok zombie gara-gara salah tembak alarm. Justru dari cerita-cerita absurd itulah hype-nya mulai nyebar.​

Secara resmi, The Midnight Walkers dijadwalkan masuk Early Access di Steam pada 29 Januari 2026, setelah sebelumnya sempat disebut bakal hadir di periode akhir 2025 lalu diundur untuk polishing tambahan. Studio secara terbuka bilang kalau mereka pengin pakai fase Early Access buat ngulik feedback komunitas, terutama soal balance, AI, dan pacing tiap run. Buat genre hardcore kayak gini, langkah itu lumayan bikin tenang — lebih mending nunggu sedikit lama daripada dipaksa main versi yang masih mentah.

Dari kacamata gamer Indonesia, konsep The Midnight Walkers ini punya semua bahan buat jadi topik Discord dan tongkrongan: zombie, loot mahal, potensi dikhianati pemain lain, dan satu gedung yang pelan-pelan berubah dari tempat belanja jadi neraka vertikal. Ini tipe game yang kalau lagi dibahas, selalu diakhiri kalimat, “kemarin run gue harusnya perfect, tapi…” — lalu lanjut cerita panjang soal kebodohan dan bad luck yang dialami bareng teman.

Bedah Gameplay The Midnight Walkers: PvPvE, Gas Beracun, dan Kelas yang Bikin Drama

Ngomongin The Midnight Walkers, bagian paling bikin penasaran jelas gameplay-nya. Secara garis besar, tiap run dimulai dengan kamu dan (opsional) dua teman spawn di salah satu titik aman di Liberty Grand. Kamu bawa loadout awal yang sudah disusun sebelumnya: senjata utama, senjata samping, beberapa item utility, dan mungkin satu dua obat seadanya. Begitu pintu “aman” itu kebuka, gedung langsung berubah jadi satu ruang escape room raksasa yang mencoba segala cara untuk bikin kamu gagal.

Loop utamanya bisa dipecah kayak gini: cari loot → hindari (atau hadapi) zombie → waspadai pemain lain → perhatikan gas → cari rute keluar. Sounds simple, tapi semua itu dijahit ketat dengan resource yang terbatas. Amunisi nggak berlimpah, medkit mahal, dan kantong bawaan punya kapasitas yang bikin kamu harus milih: bawa tiga senjata atau satu senjata plus banyak material crafting. Setiap kali kamu berhenti lebih lama di satu ruangan untuk ngeloot, risiko ketahuan zombie atau pemain lain makin besar.

Zombienya nggak cuma satu tipe. Walker dan Crawler jadi makanan sehari-hari: lambat, tapi bakal jadi bahaya kalau kamu dikurung di sudut sempit. Runner bikin kamu nggak bisa santai karena mereka jarang kasih waktu rehat begitu sudah ngendus keberadaanmu. Lalu ada spesial infected macam Acid-Spitters yang literally bikin sebagian lantai jadi area beracun, maksa kamu reposition. Di beberapa titik, kamu mungkin bakal dikejutkan oleh Smasher atau bos lain yang hadir bukan cuma sebagai bullet sponge, tapi pemecah konsentrasi yang bisa ngerusak rencana rapi kamu.

Semua ini makin berat karena The Midnight Walkers memaksa kamu main berdasarkan suara. Setiap peluru yang ditembakkan, pintu yang dibuka kasar, atau lemari yang digerakkan bakal menghasilkan suara yang bisa didengar musuh — baik itu AI zombie atau pemain lain. Game ini lumayan tega: kadang kamu sudah main hati-hati, tapi satu peluru nyasar kena alarm atau botol jatuh, dan tiba-tiba satu lorong penuh undead datang, plus tim lain yang kebetulan lagi lewat ikut melipir penasaran.​

Di sisi karakter, The Midnight Walkers pakai sistem kelas yang bikin tiap pemain punya peran unik. Brick misalnya, adalah tank hidup: HP tebal, kontrol senjata berat lebih nyaman, tapi gerakan lebih lambat. Crow jadi assassin lincah yang jago sneak dan eksekusi cepat, cocok buat pemain yang doyan ngendap di gelap dan nyerang dari sudut nggak kepikiran. Lockdown main di jarak jauh, jadi pilihan buat mereka yang rela duduk di balkon atau ujung lorong, ngawasin pergerakan tim lain sambil jaga jarak dari zombie. Terakhir ada Bartender, yang paling “nyeleneh” karena bawa skill campur-campur cocktail buff dan healing — sosok support yang bisa jadi pahlawan di detik terakhir.

Kombinasi kelas ini bukan cuma variasi gaya main, tapi juga resep drama. Trio yang isinya Brick–Crow–Bartender bakal punya struktur yang jelas: tank di depan, assassin di sayap, support di belakang. Kalau Bartender mati duluan, panik pasti naik karena tiba-tiba nggak ada yang bisa patch up luka dan ngasih buff. Di sisi lain, squad yang isinya tiga Crow mungkin seru banget di menit-menit awal, tapi langsung ngedrop waktu satu Smasher tiba-tiba masuk ruangan kecil.​

Gas beracun adalah “jam dinding” utama di tiap match. Seiring waktu, sebagian wilayah Liberty Grand bakal dilanda gas yang bikin kamu nggak bisa lagi santai nge-loot di sana. Bukan cuma sakit kalau kelamaan di dalam, gas ini juga dipakai game buat “menggiring” semua pemain ke area tertentu, mirip lingkaran battle royale tapi versi indoor sempit. Inilah kenapa pertemuan antar-squad di tangga darurat atau di depan pintu ekstraksi sering banget berakhir kacau: semua orang dipaksa lewat jalur yang mirip, di waktu yang mirip, dengan sama-sama kelelahan dan persediaan tipis.

Di luar match, ada layer meta yang bikin run kerasa punya konsekuensi panjang. Hideout bisa di-upgrade, senjata bisa di-craft dan dimodifikasi, dan ada sistem trading yang bikin beberapa loot berasa “lebih manis” kalau berhasil dibawa pulang hidup-hidup. Hal-hal ini bikin The Midnight Walkers memenuhi checklist penting extraction game: setiap sesi bukan cuma cerita satu malam, tapi bagian dari progres karakter yang pelan-pelan terbentuk. Gagal run tetap nyesek, tapi kalau sekali berhasil ekstrak banyak barang langka, rasanya setimpal.

Dari sisi komunitas, reaksi awal campur tapi menjanjikan. Banyak creator yang memuji atmosfer dan potensi ketegangan jangka panjang, terutama untuk sesi main bareng teman. Ada juga kritik soal animasi, recoil, atau clarity informasi di HUD yang masih bisa diperbaiki. Tapi hampir semua sepakat di satu hal: konsep “satu gedung neraka” ini punya hook yang kuat, tinggal gimana eksekusinya disempurnakan di fase Early Access.​

Apakah The Midnight Walkers Punya Peluang Jadi Patokan Baru Zombie Extraction?

Pertanyaan yang wajar sekarang: di tengah lautan game zombie dan naiknya popularitas extraction shooter, apakah The Midnight Walkers bisa beneran jadi sesuatu yang bertahan lama, bukan cuma hype sesaat di Steam chart. Dari sisi konsep, jawabannya cenderung optimistis. Di saat banyak judul lain masih mengandalkan luasnya peta sebagai nilai jual, game ini justru berani mengunci semua orang di satu ruang vertikal dan memaksa mereka pakai otak, telinga, dan sedikit insting kejam buat survive.

Ide zombie extraction yang terfokus di satu gedung raksasa bikin The Midnight Walkers terasa punya “brand” sendiri. Begitu orang nyebut namanya, yang langsung kebayang bukan cuma zombie dan loot, tapi juga mall gelap, gas yang turun pelan-pelan, dan tangga darurat yang selalu jadi saksi pengkhianatan. Identitas sekuat ini penting banget kalau pengembang pengin game-nya punya umur panjang di tengah persaingan ketat.

Tapi potensi besar selalu datang paket dengan risiko besar juga. Genre extraction nggak ramah buat desain setengah matang: sedikit saja balance meleset, pemain bisa langsung merasa game ini nggak fair, terlalu grindy, atau terlalu RNG. Zombie yang terlalu tebal bisa bikin tiap encounter jadi pekerjaan rumah, bukan tantangan menegangkan. PvP yang terlalu rewarding bisa ngebunuh keinginan orang buat berinteraksi selain saling tembak. Di sinilah Early Access bakal jadi ujian: apakah Oneway Ticket Studio cukup responsif dan konsisten menyesuaikan desain berdasarkan data dan feedback.

Buat gamer Indonesia, The Midnight Walkers berpotensi jadi salah satu “game utama” buat sesi Discord rame-rame. Ini bukan tipe game yang enak dimainkan diam-diam sendirian terus dilupain; justru serunya lahir dari momen bodoh bareng teman, teriakan panik waktu satu lantai tiba-tiba banjir zombie, atau debat sengit setelah run selesai: siapa yang salah ngambil keputusan, kenapa tadi turun lagi buat loot extra padahal gas sudah nyampe. Narasi kecil kayak gitu sering kali bikin sebuah game punya kenangan panjang di luar durasi main sebenarnya.​

Di skala yang lebih luas, The Midnight Walkers ikut menguatkan tren bahwa genre zombie nggak mati, tapi berubah arah. Zombie modern bukan lagi cuma sasaran empuk di co-op casual atau horor linear; mereka makin sering jadi bumbu di desain game sistemik yang kompleks, entah itu roguelite, extraction, atau survival ekonomi. The Midnight Walkers berdiri tepat di titik pertemuan itu: mayat hidup hadir bukan sekadar “musuh tambahan”, tapi elemen tekanan yang selalu ngedorong pemain buat mengambil keputusan di bawah stres.

Apakah The Midnight Walkers bakal sempurna di hari pertama Early Access? Hampir pasti tidak. Tapi bukan itu poin utama game seperti ini. Yang bikin menarik justru perjalanan bareng komunitas: patch yang mengubah meta kelas, update yang nambah zona baru di Liberty Grand, atau rework zombie tertentu yang sebelumnya terlalu ngeselin. Kalau studio konsisten dan komunitas tetap aktif, bukan nggak mungkin beberapa tahun ke depan kita bakal ngomongin The Midnight Walkers sebagai salah satu pilar zombie extraction, bukan sekadar eksperimen berani yang cepat dilupakan.

Untuk sekarang, langkah paling simpel adalah: cek halaman resmi The Midnight Walkers di Steam, masukin ke wishlist, lalu mulai ngeracik role apa yang pengin kamu ambil begitu pintu Liberty Grand resmi dibuka. Mau jadi Brick yang selalu maju duluan, Crow yang doyan nge-flank, Lockdown yang jadi mata tim dari jauh, atau Bartender yang diam-diam jadi MVP tiap run, semua pilihan bakal punya cerita chaos-nya sendiri.

Visited 2 times, 1 visit(s) today
[mc4wp_form id="5878"]
Close